LIMAPAGI – Pada akhir Februari 2021 ini akan berlangsung sebuah pertandingan besar. Raja kelas menengah, Saul “Canelo” Alvares ditantang petinju asal Turki, Avni Yildirim.
Tepatnya pada 27 Februari 2021, Yildirim akan mencoba merebut sabuk juara dunia WBC, WBA Super, dan Ring Magazine kelas super-menengah milik Canelo di Miami.
Sejatinya, Yildirim bukan petinju yang diwaspadai. Pasalnya, lelaki berusia 29 tahun tersebut baru saja kalah dalam duel terakhirnya melawan Anthony Dirrell pada 23 Februari 2019.
Adapun Canelo tak terkalahkan sejak 2013. Ya, kekalahan terakhir petarung asal Meksiko tersebut adalah saat jumpa Floyd Mayweather Jr lewat angka mutlak.
Karenanya banyak kalangan menilai pertarungan ini tidak cukup seimbang. Walau Yildirim punya rekor 21 kemenangan dari 23 pertarungan, tetapi kualitasnya di bawah Canelo.
Faktanya, selepas rekor tak terkalahkan dicoreng Mayweather Jr, gaya bertarung Canelo meningkat pesat. Ia menjadi petinju yang lincah dan tak mudah dipukul lawan-lawannya.
Sedikit banyak, filosofi bertarung Mayweather yang diadopsi dari Mohamed Ali, “Float like a butterfly and sting like a bee” menjadi salah satu karakternya pada saat ini.
Walau begitu, kekuatan pukulan Canelo dianggap mulai menurun. Itu terlihat dalam pertarungan menghadapi Callum Smith pada 19 Desember 2020. Dalam duel ini Canelo hanya menang angka.
Yang menarik, Canelo ditertawakan Smith pada pengujung laga. Walau mendominasi, petarung berusia 30 tahun ini tak bisa memukul dengan telak ke wajah dan perut Smith.
Hal ini yang membuat Yildirim optimistis. Ia sadar diri tak diunggulkan, karenanya bertekad membuat pihak yang meremehkan tertegun dengan kekuatan dan kualitas yang ia miliki.***
Discussion about this post