LIMAPAGI – Pada masa pandemi Covid-19 peran investor ritel dalam pasar saham membesar. Fenomena meningkatnya partisipasi investor ritel terjadi di seluruh dunia pada tahun 2020.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan, mengatakan meningkatnya minat masyarakat untuk berpartisipasi merupakan hal yang positif, karena ini akan mendukung pendalaman dan pertumbuhan pasar modal.
Ditambah lagi banyaknya aktivitas yang dilakukan di rumah, disertai akses informasi dan platform online trading yang tersedia, memudahkan masyarakat untuk berinvestasi di pasar saham.
“Semakin banyak investor yang berpartisipasi maka mekanisme pasar akan menjadi lebih efisien dan lebih resilien terhadap risiko keluarnya dana asing dari pasar,” kata Katarina dalam risetnya, Jakarta, Selasa, 23 Februari 2021.
Di sisi lain, lanjut Katarina, edukasi investor juga menjadi faktor penting untuk menekankan berinvestasi berdasarkan analisa dan tidak hanya sekedar ikut-ikutan saja.
“Terdapat risiko herd mentality yang dapat menyebabkan meningkatnya volatilitas pasar jangka pendek apabila investor sekedar ikut-ikutan dan tidak melakukan analisa dengan baik,” ujar dia.
Katarina juga menambahkan di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi di pasar saham, beberapa prinsip dasar juga harus diperhatikan investor baru.
Pertama, melakukan perencanaan keuangan yang baik sebelum mulai berinvestasi. Rencanakan pengeluaran apa yang kita butuhkan ke depannya dan kapan kita butuhkan dana tersebut, jangan sampai kita menggunakan dana untuk kebutuhan penting jangka pendek sebagai dana investasi di pasar saham.
Kedua, kenali saham yang hendak dibeli dan lakukan analisa fundamental, jangan membeli saham karena ikut-ikutan atau saran semata.
Ketiga, monitor fundamental saham yang kita miliki. Prospek suatu saham dapat berubah sejalan dengan perubahan tren industri atau perubahan internal perusahaan.
Keempat, investor dapat memanfaatkan reksadana saham apabila tidak memiliki waktu atau kapabilitas untuk mengelola portfolio sendiri.
“Reksa dana dikelola oleh manajer investasi profesional yang selalu mencermati perkembangan terakhir di pasar,” jelas dia.
Menanggapi kinerja pasar saham di bulan Januari yang mencatatkan hasil negatif minus 1,965, ia menjelaskan secara fundamental, rilis data ekonomi di bulan Januari masih sesuai dengan ekspektasi pasar, sehingga pelemahan di bulan Januari bukan disebabkan karena terjadi perubahan faktor fundamental.
“Volatilitas pasar di bulan Januari lebih disebabkan oleh faktor teknikal, di mana pasar sudah menguat berturut-turut di periode Oktober – Desember sehingga rawan terhadap aksi ambil untung,” ujar dia.
Menurut Katarina, pada bulan Februari juga akan dirilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia dan emiten akan mulai merilis laporan keuangan kuartal IV-2020 sehingga ini juga dapat menjadi faktor bagi pasar untuk konsolidasi dan mencerna rilis data tersebut lebih dulu.***
Discussion about this post