LIMAPAGI – Musim 2011-2012, AC Milan merupakan juara bertahan. Mereka menghadapi Juventus di Serie A. Peristiwa kutukan Sulley Muntari dan derita Juve di Liga Champions bermula dari sini.
Juventus sedang membangun kembali skuad setelah gagal total dua musim beruntun. Antonio Conte ditunjuk menjadi pelatih, sementara beberapa pemain muda datang ke Turin.
Era baru bagi Juve bermula setelah pindah ke Allianz Stadium (waktu itu masih bernama Juventus Stadium). I Bianconeri boleh bangga, mereka satu-satunya klub yang punya stadion sendiri.
Pada pekan ke-25, La Vecchia Signora mendapat tantangan berat. Mereka harus menyambangi markas pemuncak klasemen sekaligus juara bertahan, AC Milan, di San Siro.
Tim tuan rumah sudah unggul ketika pertandingan berjalan 14 menit. Antonio Nocerino menjebol gawang mantan klubnya setelah menerima umpan Robinho.
Tepat pada menit ke-25, pekan ke-25, 25 Februari 2012, seharusnya Milan menambah keunggulan mereka. Bola sepakan Muntari seharusnya masuk ke gawang Juve.
Akan tetapi, kiper legendaris Italia, Gianluigi Buffon, langsung mendorong bola ke luar. Wasit yang tidak melihat jelas kejadian menganggap itu bukan gol.
Andai sudah ada VAR waktu itu, tentu gol Muntari sah. Wasit Nicola Taglavento sendiri mengakui dirinya membuat kesalahan besar dengan menganulir gol Muntari.
Nasi sudah menjadi bubur. Hasil tersebut memengaruhi perburuan scudetto. Pada akhir musim, Juve sukses mengudeta Milan dan merajai Serie A selama sembilan musim berikutnya.
Bagai guliran bola salju, efek domino kegagalan memenangi scudetto berdampak ke kondisi finansial Milan. Akibatnya, I Rossoneri terpaksa menjual Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva ke PSG.
Kutukan Sulley Muntari

Di sisi lain, kejadian tersebut sontak membuat Muntari mencak-mencak. Setelah pertandingan, dengan lantang eks gelandang timnas Ghana itu merapalkan kutukan.
“Selama Buffon tidak mengakui gol saya, saya mengutuk sampai kapan pun Juventus tidak akan menjuarai Liga Champions,” kata Muntari saat itu.
Muntari merasa Buffon sadar betul kalau bola sudah melewati garis. Sayangnya menurut Muntari, eks kapten timnas Italia itu memilih untuk tetap bungkam.
Kecewa jelas dia rasakan. Bagaimana mungkin, kiper sekelas Buffon bisa mengaku tidak melihat bola sudah melewati garis. Bahkan, Buffon tetap bersikeras dengan pendiriannya beberapa hari setelah pertandingan.
Entah kebetulan atau tidak, Juve memang kesulitan memenangi Liga Champions setelah kutukan Muntari. Paling mentok, I Bianconeri hanya dua kali melaju ke final.
Pertama pada musim 2014-2015 di bawah asuhan Massimiliano Allegri. Juve kalah 1-3 ketika meladeni Barcelona di Olympiastadion, Berlin.
Kemudian musim 2016-2017 di Millennium Stadium, Cardiff, Juve kembali menelan kekalahan. Lagi-lagi dari tim asal Spanyol, kali ini Real Madrid, dengan skor 1-4.
Setelah final di Cardiff, nasib Le Zebre lebih mengecewakan. Pada 2017-2018 mereka takluk agregat 3-4 dari Madrid di perempat final.
Setahun berselang, Ajax yang mengandaskan Juventus di perempat final. Dalam dua musim terakhir, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan tumbang dari tim yang di atas kertas berada di bawah mereka, Lyon dan FC Porto.
Bertabur bintang bahkan sampai mendatangkan Cristiano Ronaldo, Juventus belum bisa memutus kutukan Sulley Muntari. Apakah Buffon harus berbesar hati mengakui kesalahannya terlebih dulu sebelum I Bianconeri akhirnya mengangkat trofi Si Kuping Besar?***
Discussion about this post