LIMAPAGI – Sebanyak 85 sekolah dari jenjang berbeda di wilayah DKI Jakarta mulai menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas. Salah satunya SMPN 217 Jakarta.
Kepala Sekolah SMP 217 Jakarta, Suratno menegaskan bahwa orangtua murid wajib membekali anaknya makan dan minum. Selain itu, murid dipastikan tak berasal dari zona merah, suhunya tidak melebihi 38 derajat celcius dan dinyatakan sehat.
“Kemudian menyediakan masker dan memiliki masker cadangan, memakai face shiled, dan membawa cairan hand sanitizer,” kata Suratno saat dihubungi Limapagi, Kamis, 8 April 2021.Â
Selanjutnya, Suratno juga menyampaikan bahwa pihak sekolah juga melibatkan RT, RW dan Lurah untuk bersama-sama menjaga keberlangsungan pelaksanaan PTM.Â
“Sehingga kita juga memohon lingkungan terdekat agar tidak ada di sepanjang jalan itu ada yang jualan makanan ya minuman ya itu sudah kita larang sampaikan kepada Pak RT Pak Lurahnya begitu,” ungkapnya.Â
Dia menambahkan, dalam pelaksanaan belajar tatap muka, orangtua murid diwajibkan untuk melakukan sistem antar-jemput.Â
“Syaratnya berat sekali untuk masuk ke sekolah itu tidak kita lepas begitu saja. Persyaratan utama itu yang paling utama adalah orang tua sanggup mengantarkan dan menjemput itu yang sangat utama selain yang protokol ya ini,” tuturnya.
Suratno mengatakan bahwa sebelum pelaksanaan PTM, pihaknya telah melakukan sosialisasi pada orangtua untuk mengisi surat pernyataan terkait sanggup atau tidaknya orangtua mengantarkan dan menjemput kembali anak selama masa tatap muka.
“Apabila tidak siap mengantar dan menjemput, anak itu lebih baik tidak diizinkan untuk masuk sekolah (PTM),” kata dia.
Menurutnya, apabila sistem antar-jemput tak diterapkan, dirinya khawatir usai ke sekolah anak-anak akan bergerombol dan tak langsung pulang ke rumah.
“walaupun rumahnya dekat, jalan kaki pun harus didampingi orangtua. Nggak boleh jalan sendiri,” tegasnya.
Suratno mengatakan pihak sekolah juga telah menyediakan ruang tunggu bagi murid selepas jam pelajaran selesai. “Pada saat pulang, nah itu bagi anak anak yang jemputannya belum sampai itu kita pusatkan di tempat. Ya menunggu sampai orang tuanya datang, kalau belum datang kita tahan dulu,” jelasnya.
“Jadi tidak ada yang siswa yang saya lepas untuk pulang jalan sendiri, itu tidak bisa begitu. Saya jaga protokol kesehatannya bener-bener agar tatap muka secara terbatas ini sukses,” sambungnya.
Discussion about this post