LIMAPAGI – Juventus sering tidak bersemangat saat menghadapi lawan yang punya posisi klasemen di bawah mereka. Pernyataan itu terlontar dari mulut Andrea Pirlo, pelatih Si Nyonya Tua.
Bukan berarti Pirlo angkuh. Ia justru menunjukkan kelemahan anak asuhnya.
Juventus kerap menganggap remeh tim-tim di bawahnya. Buntutnya, mereka kerap kecolongan.
Tengok saja laga melawan Napoli pada Rabu, 7 April 2021. Si Nyonya Tua sudah unggul 2-0 terlebih dulu.
Namun, menjelang bubaran, mereka kecolongan gol penatli lawan. Beruntung, Juventus masih bisa mengamankan kemenangan 2-1.
“Kami sering tak cukup bersemangat melawan tim-tim yang ada di bawah kami. Akhirnya kami teralihkan. Ujungnya, kami menyelesaikan pertandingan dengan gerakan individu, bukan sebagai sebuah tim.”
“Kami belajar untuk tidak melakukan itu. Kami harus memberikan yang terbaik di setiap pertandingan. Setiap laga Serie A itu sulit, apalagi melawan tim yang terorganisasi dengan baik,” kata Pirlo kepada Sky Sports Italia.
Terlepas dari itu, Pirlo kini sedang menerapkan strategi terbaru. Ia lebih memanfaatkan peran pemain sayap, seperti Federico Chiesa dan Juan Cuadrado.
Hal itu dia lakukan agar Juventus bisa memaksimalkan serangan balik untuk membuka ruang. Tujuannya, menciptakan peluang dan mencetak gol.
“Kami mempraktikkan pendekatan ini dengan dua pemain sayap, menciptakan ruang untuk Chiesa dan Cuadrado.”
“Saya menyesal ketika kami tidak membuat lebih banyak serangan balik. Kami seharusnya mencetak lebih banyak gol.”
“Saya mencoba memasukkan gaya sepak bola ini ke dalam tim sejak awal musim. Namun, kami bermain setiap tiga hari. Para pemain terus berganti dan kami tidak punya waktu untuk mengerjakannya,” tutur Pirlo.
Discussion about this post